BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Pengambilan
keputusan pasti selalu dilakukan dalam sebuah organisasi, sebab pengambilan
keputusan merupakan proses awal setelah adanya sebuah perencanaan yang telah
dilakukan untuk melaksanakan tindakan-tindakan selanjutnya dalam sebuah
organisasi dalam mencapai sebuah tujuan. Karena pengambilan keputusan adalah
sebuah proses, bukan hanya tindakan sederhana memilih diantara alternatif.
Dalam
decision making merupakan proses serangkaian kegiatan yang
dilakukan untuk menyelesaikan suatu masalah. Pembuatan keputusan ini dilakukan
oleh setiap jabatan dalam budaya organisasi. Membuat keputusan bukanlah
satu-satunya hal yang dilakukan manajer, tetapi semua anggota organisasi akan
membuat keputusan yang mempengaruhi pekerjaannya dan organisasi tempat mereka
bekerja. Manajer hanya akan membantu keputusan yang berbeda
dalam situasi dan kondisi yang berbeda pula. Bentuk keputusan ini bisa berupa
keputusan yang diprogram (Programmed
decisions) atau tidak, bisa juga dibedakan antara keputusan yang dibuat di
bawah kondisi kepastian, resiko dan ketidak pastian.
Keputusan
terprogram yaitu keputusan yang dibuat menurut kebiasaan, aturan atau prosedur
yang terjadi secara rutin dan berulang-ulang. Contoh : penetapan gaji pegawai,
prosedur penerimaan pegawai baru, prosedur kenaikan jenjang kepegawaian dan
sebagainya.
Keputusan tidak terprogram (non-programmed decisions), yaitu keputusan yang dibuat karena terjadinya masalah-masalah khusus atau tidak biasanya. Contoh : pengalokasian sumber daya-sumber daya organisasi, penjualan yang merosot tajam, pemakaian teknologi yang termodern, dan lain sebagainya. Keputusan dengan kepastian, resiko dan ketidak-pastian, ini tergantung dari beberapa aspek yang tidak dapat diperkirakan dan dipastikan sebelumnya, seperti reaksi pesaing, perubahan perekonomian, perubahan teknologi, perilaku konsumen dan lain sebagainya. Dari sebab itulah, terbagi dalam tiga jenis situasi, yaitu :
Keputusan tidak terprogram (non-programmed decisions), yaitu keputusan yang dibuat karena terjadinya masalah-masalah khusus atau tidak biasanya. Contoh : pengalokasian sumber daya-sumber daya organisasi, penjualan yang merosot tajam, pemakaian teknologi yang termodern, dan lain sebagainya. Keputusan dengan kepastian, resiko dan ketidak-pastian, ini tergantung dari beberapa aspek yang tidak dapat diperkirakan dan dipastikan sebelumnya, seperti reaksi pesaing, perubahan perekonomian, perubahan teknologi, perilaku konsumen dan lain sebagainya. Dari sebab itulah, terbagi dalam tiga jenis situasi, yaitu :
Kepastian
(certainty), yaitu dengan diketahuinya keaaan yang akan terjadi diwaktu
mendatang, karena tersedianya informasi yang akurat dan responsibility.
Resiko (risk), yaitu dengan diketahuinya kesempatan atau probabilitas setiap kemungkinan yang akan terjadi serta hasilnya, tetapi informasi yang lengkap tidak dimiliki oleh organisasi atau perusahaan. Ketidak pastian (uncertainty), dimana manajer tidak mengetahui probabilitas yang dimiliki serta tidak diketahuinya situasi yang akan terjadi diwaktu mendatang, karena tidak mempunyai informasi yang dibutuhkan. Umumnya ini menyangkut keputusan yang kritis dan paling menarik
Resiko (risk), yaitu dengan diketahuinya kesempatan atau probabilitas setiap kemungkinan yang akan terjadi serta hasilnya, tetapi informasi yang lengkap tidak dimiliki oleh organisasi atau perusahaan. Ketidak pastian (uncertainty), dimana manajer tidak mengetahui probabilitas yang dimiliki serta tidak diketahuinya situasi yang akan terjadi diwaktu mendatang, karena tidak mempunyai informasi yang dibutuhkan. Umumnya ini menyangkut keputusan yang kritis dan paling menarik
. Oleh karena itu, perlu perspektif
tentang decision making dalam budaya
organisasi yang tepat untuk menentukan setiap tindakan yang cocok pada berbagai
kondisi serta resiko yang nanti akan dihadapi baik oleh manajer maupun jalan
organisasi itu sendiri.
Dalam
pengambilan sebuah keputusan didalam sebuah organisasi diperlukannya sebuah
proses yang tepat untuk menentukan sebuah langkah yang lebih pasti demi
tercapainya sebuah tujuan organisasi itu sendiri. Oleh karena itu, dalam
penulisan makalah ini, penulis ingin membahas mengenai:
1. Bagaimana
perspektif decision making dalam
budaya organisasi?
2. Bagaimana
budaya organisasi dapat mempengaruhi cara manajer dalam melakukan fungsi
manajemen decision making?
3. Apa
hambatan pengambilan keputusan dalam budaya organisasi?
1.3 Batasan Masalah
Dalam
penulisan makalah ini, penulis hanya menggambarkan bagaimana perspektif
decision making dalam budaya organisasi sesuai dengan fungsi manajemen yang ada
melalui konsep serta teori yang diberikan.
1.4
Tujuan
Adapun
tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:
1. Untuk
mengetahui fungsi decision making pada budaya organisasi
2. Untuk
mengetahui pengaruh budaya organisasi terhadap peran manajer dalam membuat
keputusan serta hambatan-hambatan yang dihadapi.
1.5
Metode Penulisan
Metode penulisan yang
digunakan pada makalah ini ialah studi kepustakaan. Penulis mengumpulkan data
dari berbagai referensi seperti buku, jurnal, dan internet yang terkait dengan
pembahasan makalah ini.
BAB II
KERANGKA
TEORI
3.1
Decision Making
Decision
making menurut Stephen P. Robins yaitu sebuah proses pilihan dari dua atau lebih
alternatif. Sehingga bukan hanya sikap sederhana yang memilih dari beberapa
alternatif yang ada, melainkan dibutuhkan sebuah proses dalam pengambilan
sebuah keputusan untuk menyelesaikan suatu masalah.
Lain halnya
definisi menurut Herbert A. Simon,
yaitu decision making meliputi tiga fase principal yaitu:
menemukan argumentasi untuk membuat keputusan, menemukan kemungkinan dari action
yang dilakukan dan memilih satu dari beberapa action tersebut. Dengan
kata lain decision making hanyalah sebuah step dalam proses intelektual
pengambilan keputusan dengan alternatif-alternatif yang relevan.
Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa proses pengambilan keputusan atau decision
making yaitu sebuah proses pengambilan keputusan yang didasarkan dari pilihan
berbagai alternatif yang ada untuk menyelesaikan sebuah permasalahan yang
dihadapi oleh suatu organisasi.
Oleh karena
itu, setiap keputusan diperlukan langkah-langkah yang tepat unutuk
menyelesaikan sebuah permasalahan menurut Stephen P. Robins yaitu sebagai
berikut:
3.1.1
Langkah-langkah
proses pengambilan keputusa
Ø Mengidentifikasi
suatu masalah
Setiap
keputusan diawali dengan masalah, yaitu perbedaan antara kondisi yang ada dan
yang diinginkan. Langkah awal yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu masalah
yaitu dengan mengidentifikasi masalah tersebut, karena tidaklah mudah dalam
mengidentifikasi sebuah masalah. Diperlukanya pemahaman serta ketelitian dalam
menentukan identifikasi suatu masalah.
Ø Mengidentifikasi
kriteria keputusan
Setelah
mengidentifikasi masalah, lalu mengidentifikasi kriteria keputusan yang penting
dan relevan untuk memecahkan berbagai masalah. Setiap pembuat keputusan
mempunyai kriteria yang memadu keputusannya, walaupun tidak dinyatakan secara
eksplesit.
Ø Mengalokasikan
bobot pada kriteria
Jika
kriteria yang relevan tidak sama arti pentingnya, pembuat keputusan harus memberi
bobot yang masing-masing kriteria agar dapat memberinya prioritasyang tepat
dalam membuat keputusan.
Ø Mengembangkan
alternatif
Langkah
keempat dalam proses pembuatan keputusan mengharuskan pembuat keputusan
menyusun daftar alternatif yang ada yang dapat memecahkan masalah. Ini
merupakan langkah dimana pembuat keputusan harus kreatif
Ø Menganalisis
alternatif
Setelah
alternatif diidentifikasi, pembuat keputusan harus mengevaluasi setiap
kemungkinan permasalahan.
Ø Memilih
sebuah alternatif
Langkah
keenam dalam proses pembuatan keputusan adalah memilih alternatif terbaik atau
yang menghasilkan nilai yang paling tepat.
Ø Mengimplementasikan
alternatif
Langkah
ketujuh yaitu mengimplementasikan alternatif dengan menerapkan alternatif yang
telah ditentukan untuk menyelesaikan suatu masalah.
Ø Mengevaluasi
efektifitas keputusan
Langkah
akhir dalam proses pembuatan keputusan melibatkan evaluasi akhir keputusan
untuk melihat apakah masalahnya telah terpecahkan.
Adapun jenis-jenis keputusan menurut Stephen P.
Robins untuk menentukan sebuah keputasan yang tepat jika dilihat dari jenis
keputusan tersebut yaitu sebagai berikut:
3.1.2
Jenis
Keputusan
Di
dalam berjalannya sebuah organisasi pasti menghadapi berbagai jenis masalah dan
keputusan yang berbeda saat menjalankan pekerjaannya. Bergantung pada sifat
masalahnya, organisasi atau seorang manajer dapat membuat satu atau jenis
keputusan yang berbeda.
Terdapat masalah yang terstuktur dan keputusan yang terprogram
yaitu beberapa masalah bersifat langsung. Tujuan pembuat keputusan sudah jelas,
masalah yang sering dihadapi, dan informasi mengenai masalah mudah
didefinisikan serta diselesaikan.
Dalam
keputusan yang terprogram dapat ditangani dengan menggunakan pendekatan rutin
atau kebiasaan. Karena masalahnya telah terstuktur, seorang manajer tidak akan
menghadapi kesulitan dan membuang waktu terlibat dalam proses pengambilan
keputusan. Dengan jenis keputusan ini, tahap “pengembangan alternatif” dari
proses pembuatan keputusan tidak ada atau hanya diberikan sedikit perhatian.
Mengapa? Karena sekali masalah yang terstuktur didefinisikan, solusi yang ada
biasanya membuktikan dirinya sendiri atau paling tidak berkurang ke beberapa
alternatif yang sudah tidak asing lagi dan telah terbukti sukses dimasa lalu.
Sedangkan
terdapat pula malah tak terstuktur dan
keputusan yang tak terprogram. Tidak semua masalah yang dihadapi manajer
dapat dipecahkan dengan menggunakan keputusan terprogram. Banyak situasi yang
dihadapi organisasi melibatkan masalah tak terstuktur, yang merupakan masalah
hal yang baru atau tidak biasa dan yang informasinya tidak jelas atau tidak
lengkap. Apabila masalah tak terstuktur, seorang manajer harus mengandalkan
pada pembuatan keputusan tak terprogram agar daat mengimbangkan solusi yang
unik. Oleh karena itu, keputusan tak terprogram bersifat unik dan tidak
berulang serta melibatkan solusi yang disesuakan.
3.1.3
Kondisi
Pembuatan Keputusan
Ketika
membuat keputusan, didalam organisasi akan menghadapi tiga kondisi yang berbeda
yaitu kepastian, risiko, dan ketidakpastian. Berikut masing-masing
karakteristik:
Ø Kepastian
Situasi
yang ideal untuk membuat keputusan adalah kepastian yaitu situasi dimana
manejer dapat mebuat keputusan yang akurat karena hasil dari setiap alternatif
sudah diketahui.
Ø Risiko
Situasi
yang jauh lebih umum ketimbang pembuatan keputusan menurut kepastian adalah
resiko, yaitu kondisi dimana pembuat keputusan dapat mengestimasikan
kemungkinan hasil yang pasti. Menurut risiko, manajer mempunyai data historis
dari pengamalan pribadi dimasa lalu atau informasi sekunder yang memperbolehkan
mereka menempatkan kumungkinan pada alternatif yang berbeda.
Ø Ketidakpastian
Situasi
dimana pembuat keputusan tidak mempunyai kepastian maupun estimasi probabilitas
yang masuk akal. Ketidakpastian dalam pengambilan keputusan dipengaruhi oleh
terbatasnya informasi yang tersedia dan orientasi psikologi dari pembuat
keputusan. Manajer yang optimistis akan mengikuti pilihan maximax, manajer yang
pesimistis akan mengikuti pilihan maximin dan manajer yang ingin meminimalkan
“ragret” maksimumnya akan memilih pilihan minimax.
Oleh karena itu, peran seorang manajer harus
dapat menyesuaikan diri dalam kondisi permasalahan yang ada didalam organisasi.
Diperlukan sikap tegas dan fokus terhadap masalah agar berbagai kondisi
permasalahan pengambilan keputusan yang ada dapat terselesaikan dengan baik.
3.1.4
Fungsi
Pengambilan Keputusan
·
Setting managerial objectives, untuk
memulai siklus proses dengan titik kulminasi yang akan dicapai/objectives.
·
Searching for alternatives, upaya
mencari/menganalisis faktor lingkungan internal dan eksternal dari organisasi
yang relevan dengan informasi-informasi untuk mencapai tujuan/objectives.
· Comparing and evaluating
alternatives, secara formal maupun informal untuk membandingkan
dengan dasar penyebab dan efeknya guna pertimbangan pengambil keputusan dengan
berbagai variasi hasil/outcomes
·
The act of choice, pilihan
merupakan sebuah momen dalam proses pengambilan keputusan, pengambil keputusan
memilih sebuah pilihan dari beberapa alternatif.
·
Implementing the decision,
mengimplementasikan keputusan yang diambil kedalam kenyataan operasional.
·
Follow up
and control, berfungsi untuk mengontrol keputusan implementasi
dengan outcome yang diharapkan sesuai dengan objectives.
3.2
Budaya Organisasi
Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari tidak
terlepas dari ikatan budaya yang diciptakan. Ikatan budaya tercipta oleh
masyarakat yang bersangkutan, baik dalam keluarga, organisasi, bisnis maupun
bangsa. Budaya membedakan masyarakat satu dengan yang lain dalam cara
berinteraksi dan bertindak menyelesaikan suatu pekerjaan. Budaya mengikat
anggota kelompok masyarakat menjadi satu kesatuan pandangan yang menciptakan
keseragaman berperilaku atau bertindak. Seiring dengan bergulirnya waktu, budaya
pasti terbentuk dalam organisasi dan dapat pula dirasakan manfaatnya dalam
memberi kontribusi bagi efektivitas organisasi secara keseluruhan. Berikut ini
dikemukakan beberapa pengertian budaya organisasi menurut beberapa ahli:
a.
Menurut Wood, Wallace,
Zeffane, Schermerhorn, Hunt, Osborn (2001:391),
budaya organisasi adalah sistem yang
dipercayai dan nilai yang dikembangkan oleh organisasi dimana hal itu menuntun
perilaku dari anggota organisasi itu sendiri.
b.
Menurut Tosi, Rizzo,
Carroll seperti yang dikutip oleh Munandar (2001:263), budaya
organisasi
adalah cara-cara berpikir, berperasaan dan bereaksi berdasarkan pola-pola
tertentu yang ada dalam organisasi atau yang ada pada bagian-bagian organisasi.
c. Menurut
Robbins (1996:289), budaya organisasi adalah suatu persepsi bersama yang
dianut
oleh anggota-anggota organisasi itu.
d. Menurut
Schein (1992:12), budaya organisasi adalah pola dasar yang diterima oleh
organisasi
untuk bertindak dan memecahkan masalah, membentuk karyawan yang mampu
beradaptasi dengan lingkungan dan mempersatukan anggota-anggota organisasi.
Untuk itu harus diajarkan kepada anggota termasuk anggota yang baru sebagai
suatu cara yang benar dalam mengkaji, berpikir dan merasakan masalah yang
dihadapi.
e. Menurut Cushway dan Lodge (GE : 2000),
budaya organisasi merupakan sistem nilai
organisasi
dan akan mempengaruhi cara pekerjaan dilakukan dan cara para karyawan
berperilaku. Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan budaya organisasi
dalam penelitian ini
adalah sistem nilai organisasi yang dianut oleh anggota organisasi, yang
kemudian mempengaruhi cara bekerja dan berperilaku dari para anggota
organisasi.
2.2.1
Sumber-sumber Budaya Organisasi
Menurut Tosi, Rizzo, Carrol seperti yang dikutip oleh Munandar (2001:264), budaya organisasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Pengaruh umum dari luar yang luas
Mencakup faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan atau hanya sedikit dapat
Menurut Tosi, Rizzo, Carrol seperti yang dikutip oleh Munandar (2001:264), budaya organisasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Pengaruh umum dari luar yang luas
Mencakup faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan atau hanya sedikit dapat
dikendalikan oleh organisasi.
2. Pengaruh dari nilai-nilai yang ada di masyarakat
Keyakinan-keyakinan dan nilai-nilai yang dominan dari masyarakat luas misalnya
2. Pengaruh dari nilai-nilai yang ada di masyarakat
Keyakinan-keyakinan dan nilai-nilai yang dominan dari masyarakat luas misalnya
kesopansantunan dan kebersihan.
3. Faktor-faktor yang spesifik dari organisasi
Organisasi selalu berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam mengatasi baik masalah
3. Faktor-faktor yang spesifik dari organisasi
Organisasi selalu berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam mengatasi baik masalah
eksternal maupun internal organisasi akan mendapatkan
penyelesaian-penyelesaian
yang berhasil. Keberhasilan
mengatasi berbagai masalah tersebut merupakan
dasar
bagi tumbuhnya budaya organisasi.
2.2.2 Fungsi Budaya Organisasi
2.2.2 Fungsi Budaya Organisasi
Didalam suatu
organisasi peran budaya dalam mempengaruhi perilaku sangat penting. Budaya
organisasi dapat tercermin diantaranya dari sistem yang meliputi besar kecilnya
kesempatan berinovasi dan berkreasi bagi pembentukan tim-tim kerja serta
kepemimpinan seorang manjer yang transparan dan tidak terlalu birokratis. Ini
pun dapat berfungsi dalam memberikan kepuasan kerja dan kinerja yang optimal
dalam upaya mencapai tujuan organisasi.
Menurut Robbins (1996 : 294), fungsi budaya organisasi sebagai berikut :
a.
Budaya menciptakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi dan yang
lain.
b.
Budaya
membawa suatu rasa identitas bagi anggota-anggota organisasi.
c.
Budaya
mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu yang lebih luas daripada
Kepentingan
diri individual seseorang
d.
Budaya
merupakan perekat sosial yang membantu mempersatukan organisasi itu
dengan memberikan standar-standar yang tepat
untuk dilakukan oleh karyawan.
e.
Budaya
sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang memandu dan
membentuk sikap serta perilaku
karyawan.
2.2.3 Ciri-ciri Budaya Organisasi
Menurut Robbins (1996:289), ada 7 ciri-ciri budaya organisasi adalah:
Menurut Robbins (1996:289), ada 7 ciri-ciri budaya organisasi adalah:
1.
Inovasi
dan pengambilan resiko. Sejauh mana karyawan didukung untuk menjadi
inovatif
dan mengambil resiko.
2. Perhatian terhadap
detail. Sejauh mana
karyawan diharapkan menunjukkan
kecermatan, analisis dan perhatian
terhadap detail.
3. Orientasi hasil. Sejauh mana manajemen
memfokus pada hasil bukannya pada teknik dan proses yang digunakan untuk
mencapai hasil tersebut.
4. Orientasi orang. Sejauh mana keputusan
manajemen memperhitungkan efek pada orang-orang di dalam organisasi itu.
5. Orientasi tim. Sejauh mana kegiatan
kerja diorganisasikan sekitar tim-tim, bukannya individu.
6. Keagresifan. Berkaitan dengan
agresivitas karyawan.
7.
Kemantapan.
Organisasi menekankan dipertahankannya budaya organisasi yang sudah baik.
Dengan
menilai organisasi itu berdasarkan tujuh karakteristik ini, akan diperoleh
gambaran majemuk dari budaya organisasi itu. Gambaran ini menjadi dasar untuk
perasaan pemahaman bersama yang dimiliki para anggota mengenai organisasi itu,
bagaimana urusan diselesaikan di dalamnya, dan cara para anggota berperilaku
(Robbins, 1996 : 289).
2.2.4
Faktor-faktor
yang mempengaruhi kuat lemahnya budaya suatu organisasi
Didalam sebuah budaya organisasi ada
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kuat lemahnya budaya suatu organisasi,
yaitu berupa:
a. Besar/kecilnya
organisasi
Besar atau kecilnya
suatu organisasi sangat mempengaruhi kuat lemahnya budaya yang ada didalam
organisasi. Karena semakin besarnya sebuah organisasi terkadang seorang manajer
sulit untuk mengontrol organisasi yang besar dengan jumlah anggota yang banyak.
b. Lama
perusahaan berdiri
Sebuah perusahaan yang
telah lama berdiri akan menentukan kuat lemahnya suatu organisasi. Jika
perusahaan itu dapat menyelesaikan hambatan-hambatan yang ada maka prusahaan
itu dapat bertahan dengan menjadi lebih kuat, tetapi jika perusahaan itu
perlahan-lahan tidak dapat menyelesaikan permasalahan yang ada selama
berdirinya perusahaan tersebut, maka perusahaan itu akan menjadi lemah dan
kemungkinan runtuh dapat akan terjadi.
c. Tingkat
perputaran karyawan (employee turnover)
Didalam sebuah
organisasi pasti memiliki perputaran karyawan yang selalu berubah jumlahnya
disetiap kondisi perusahaan atau sebuah organisasi sesuai dengan jumlah
karyawan yang dibutuhkan. Oleh karena itu, terkadang suatu organisasi menjadi
pengaruh kuat lemahnya berdirinya organisasi tersebut. Jika didalam organisasi
itu tidak menyeimbangkan antara berjalannya sebuah organisasi dengan kebutuhan
perputaran karyawan maka organisasi itu akan mengalami kendala dalam
menjalankan pekerjaan serta tujuan.
d. Tingkat
intensitas penanaman budaya organisasi (jelas tidaknya kultur suatu organisasi)
Tingkat intensitas
penanaman budaya organisasi sangat mempengaruhi kuat lemahnya suatu budaya
organisasi. Karena jika didalam penanaman budaya organisasi itu kurang
diterapkan kepada anggota-anggota maka gairah dalam menjalankan pekerjaan akan
berjalan kurang baik dan anggota terkadang kurang merasa menjadi bagian anggota
dalam organisasi. Oleh karena itu, peran manajer sangat dibutuhkan untuk tetap
menjaga penanaman budaya organisasi agar tidak luntur.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Perspektif
Decision Making Dalam Budaya
Organisasi
Didalam
manajemen membutuhkan informasi sebagai dasar pengambilan keputusan mereka.
Sistem informasi mempunyai peranan yang penting dalam menyediakan informasi
untuk manajemen setiap tingkatan. Tiap-tiap kegiatan dan keputusan decision making yang berbeda membutuhkan
informasi yang berbeda. Oleh karna itu untuk dapat menyediakan informasi yang
relevan dan berguna bagi manajemen, maka pengembang system informasi harus
memahami terlebih dahulu kegiatan yang dilakukan oleh manajemen dan tipe
keputusannya didalam sebuah budaya organisasi. Kegiatan decision making dihubungkan dengan tingkatannya didalam organisasi
dibagi menjadi 3 bagian :
1.
Perencanaan
strategic
Merupakan kegiatan manajemen tingkat atas, sebagai proses
evaluasi lingkungan luar organisasi, penerapan tujuan organisasi, dan penentuan
strategi-strategi. Proses evaluasi lingkungan luar organisasi dapat
berupa lingkungan luar yang dapat mempengaruhi jalannya organisasi. Oleh karena itu manajemen tingkat atas harus pandai mengevaluasinya, haurs dapat bereaksi terhadap kesempatan-kesempatan yang diberikan oleh lingkungan luar, misal produk baru,
pasar baru. Selain itu manajemen tingkat atas harus tanggap terhadap tekanan-tekanan dari lingkungan luar yang merugikan organisasi dan sedapat mungkin mengubah
tekanan menjadi kesempatan.
Melalui penetapan tujuan yang ingin dicapai
oleh organisasi berdasarkan visi dan misi yang dimiliki oleh manajemen. Misalnya tujuan perusahaan adalah dalam waktu 5 tahun menjadi penjual terbesar didalam industri dengan menguasai 60% pasar.
Sedangkan melalui penentuan strategi, manajemen tingkat atas menentukan tindakan-tindakan yang harus dilakukan oleh organisasi dengan maksud untuk mencapai tujuan-tujuannya. Dengan strategi, semua kemampuan yang berupa sumberdaya-sumberdaya dikerahkan supaya tujuan organisasi dapat diraih.
2.
Pengendalian
manajemen
System untuk meyakinkan bahwa organisasi telah menjalankan
strategi yang sudah ditetapkan secara efektif dan efisien. Ini merupakan tingkatan
taktik (tactical level),
yaitu bagaimana manajemen tingkat menengah menjalankan taktik supaya
perencanaan strategi dapat dilakukan dengan berhasil. Taktik yang dijalankan biasanya bersifat jangka pendek ± 1 tahun. Proses pengendalian manajemen terdiri dari pembuatan program kerja, penyusunan anggaran,
pelaksanaan dan pengukuran, pelaporan dan analisis.
3.
Pengendalian
operasi
Sistem untuk meyakinkan bahwa tiap-tiap tugas tertentu telah dilaksanakan secara efektif dan efisien. Ini merupakan penerapan program yang telah ditetapkan di pengendalian manajemen. Pengendalian operasi dilakukan dibawah pedoman proses pengendalian manajemen dan difokuskan pada tugas-tugas tingkat bawah.
Sistem untuk meyakinkan bahwa tiap-tiap tugas tertentu telah dilaksanakan secara efektif dan efisien. Ini merupakan penerapan program yang telah ditetapkan di pengendalian manajemen. Pengendalian operasi dilakukan dibawah pedoman proses pengendalian manajemen dan difokuskan pada tugas-tugas tingkat bawah.
Berikut
contoh studi kasus dalam penggunaan fungsi decision making.
Kasus
: Harry Smart ? Benarkah ?
Harry Smart, eksekutif muda yang ambisius dan cerdas,
lahir dan besar di Boston dan lulusan universitas kecil di New
England. Dia bertemu calon istrinya, Barbra, yang juga berasal dari
Boston di universitas. Mereka menikah setelah lulus dengan predikat cumlaude. Selanjutnya, Harry memperoleh gelar MBA di Harvard, dan Barbra
mendapat gelar hukum dari Harvard. Harry sudah bekerja selama tujuh tahun di
Brand Corporation yang ada di Boston dan Barbra bekerja di perusahaan
hukum di Boston. Sebagai bagian dari program ekspansi, dewan direksi Brand
memutuskan untuk membangun cabang baru. Presiden secara pribadi memilih Harry
untuk menjadi manager kantor baru dan memberitahukan keberhasilannya dalam
pekerjaan dan menjaminnya menjadi wakil presiden di perusahaan tersebut.
Harry diangkat
menjadi pemimpin komisi
ad hoc yang memiliki hak pengambilan
keputusan untuk menentukan kantor baru. Anggota komisinya adalah pakar dibidang
transportasi, pemasaran, distribusi, ekonomi tenaga
kerja dan humas. Dia memberi waktu sebulan untuk menentukan tiga pilihan
lokasi untuk kantor baru tersebut. Sebulan telah lewat dan komini terkumpul
kembali. Setelah menimbang semua variabel, para pakar
merekomendasikan kota berikut ini dalam urutan preferensi : Kansas City, Los
Angeles, dan New York. Harry melihat bahwa anggota komisi menghabiskan
banyak waktu dan usaha dalam laporan dan
rekomendasi mereka. Juru bicara kelompok menekankan bahwa Kansas City adalah
lokasi terbaik untuk kantor baru. Harry berterima kasih atas pekerjaan
baik mereka dan memberitahukan bahwa dia akan mempelajari lebih mendalam
laporan tersebut sebelum membuat keputusan akhir. Setelah makan malam, dia bertanya pada istrinya, “Sayang, apakah kamu
mau pindah ke Kansas City ?” Barbra segera menjawab, “ Tentu saja tidak
! “ Ia melanjutkan, “ Aku hidup di Timur seumur hidupku, dan aku tidak akan pindah ke daerah pedalaman. Aku dengar daya
tarik terbesar di Kansas City adalah pertenakan. Kehidupan itu tidak cocok
untukku.“ Harry memprotes
dengan pelan, “ Tetapi sayang, komisi merekomendasikan Kansas City sebagai
lokasi terbaik untuk kantorku. Pilihan kedua adalah Los Angeles dan yang ketiga adalah New York. Apa yang harus
kulakukan?“Istrinya berfikir sejenak dan menjawab,“ Baiklah, aku akan
mempertimbangkan untuk menetap di New
York, tetapi jika kamu tetap memaksa Kansas City, maka kamu harus pergi
sendiri ! ”
Hari
berikutnya, Harry memanggil komisinya dan berkata, “ Anda semua patut dihargai
atas laporan yang hebat ini. Akan tetapi, setelah mempelajari dengan rinci,
saya yakin New York lebih cocok untuk kantor baru kita daripada Kansas City atau Los Angeles. Oleh karena itu,
keputusannya adalah membangun kantor baru di New York. Terima kasih sekali lagi
untuk semua pekerjaan yang hebat ini “1
Pertanyaan
:
1.
Apakah Harry membuat keputusan yang rasional?
2. Model perilaku pengambilan keputusan
apa yang didukung kasus ini?
3. Teknik keputusan apa yang dapat
digunakan oleh komisi untuk memilih lokasi kantor baru?
Uraian Jawaban :
1. Harry tidak membuat keputusan
rasional disebabkan oleh merujuk dari kronologis
pengambilan keputusan dimana terjadi
perubahan keputusan yang sebelumnya dilandasi oleh rasionalitas manjadi
keputusan yang diintervensi kepentingan pribadi (Istri). Pengambilan keputusan
tidak dilandasi oleh pemikiran yang matang akan tetapi disebabkan oleh tekanan
psikologis dan waktu pengambilan keputusam sangat pendek dimana tidak sesuai
dengan beban tugas dan resikonya. Adanya pengabaian proses rasionalitas dari
anggota tim yang telah bekerja keras dalam mengumpulkan data aktual (informasi)
yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan pengambilan keputusan
2. Model perilaku pengambilan keputusan
yang mendukung kasus ini adalah kombinasi
antara model rasionalitas terbatas
dengan model sosial, karena opsi yang dipilih masih jadi bagian dari rekomendasi
tim yakni berada pada tingkatan “cukup”, namun dalam proses memutuskannya
berasal dari tekanan psikologis (sosial).
3. Teknik keputusan dapat digunakan
oleh komisi untuk memilih lokasi kantor baru
adalah teknik rasional modern yakni
ABC atau activity-based costing, karena teknik ini berhubungan dengan
distribusi takni dapat memperhitungkan biaya semua kegiatan aktivitas
perusahaan yang berkaitan dengan memproses pesanan pemasok yang berkaitan
dengan memproses pesanan penjualan, mepercepat pesanan pemasok/ pelanggan serta
memecahkan masalah pemasok/pengantaran, sehingga dalam pemilihan lokasi kantor
teknik lebih cepat digunakan karena perusahaan Brand Corporation bergerak
dibidang penjualan produk yang membutuhkan jalur distirbusi yang tepat, wilayah
pemasaran yang mudah dijangkau serat ditunjang oleh transportasi untuk
mengantarkan/mendistribusikan produk.
3.2 Pandangan Mengenai Peran Manajer Dalam
Menentukan Keberhasilan
Organisasi
Didalam sebuah
organisasi dibutuhkan seorang pemimpin yang dapat mengatur dan mengelola
hal-hal yang perlu dilakukan didalam organisasi agar tercapai sebuah tujuan.
Oleh karena itu, dibutuhkanlah seorang manajer. Manajer menurut Stephen P.
Robins yaitu seseorang yang melakukan koordinasi dan pengawasan terhadap
pekerjaan orang lain, sehingga sasaran-sasaran organisasi dapat dicapai.
Pekerjaan seorang manajer bukanlah menyelesaikan tugas-tugas pribadinya saja
melainkan berupaya membantu oranglain menyelesaikan tugas-tugas mereka dengan
baik. Wujudnya dapat berupa koordinasi atas pekerjaan suatu kelompok dari
departemen tertentu didalam organisasi, dapat pula berupa mengawasi pekerjaan
individu tertentu.
Dengan
stuktur organisasi tradisional, para manajer biasanya dikelompokan ke dalam
kelas manajemen lini pertama atau operasional, manajemen tingkat menengah, dan
manajemen puncak. Pada jenjang terbawah manajemaen, para manajer lini
pertama (first-line manager) mengelola
pekerjaan para karyawan non-manajemen, yang biasanya melibatkan kegiatan
memproduksi barang-barang atas jasa bagi para pelanggan organisasi. Manajer
lini pertama seringkali disebut juga penyelia, namun dapat juga disebut manajer
shift kerja (shift manager) , manajer
distrik, manajer departemen, atau manajer kantor (office manager). Manajer tingkat menengah (middle manager) adalah mereka yang berada pada posisi diantara
jenjang terbawah dan jenjang teratas organisasi. Para manajer dari kelompok ini
mengelola pekerjaan para manajer tingkat pertama dan dapat memiliki sebutan,
atau nama jabatan misalnya manajer regional, pimpinan proyek, atau manajer
divisi. Manajer puncak (top manager),
yang bertanggung jawab atas pengambilan keputusan-keputusan yang dapat
mempengaruhi jalannya seluruh organisasi dan menentukan rencana kerja dan
sasaran-sasaran bagi organisasi secara keseluruhan.
Hal
tersebutlah yang sangat menentukan keberhasilan organisasi dari seorang peran
manajer. Adapun 2 pandangan mengenai peran manajer dalam menentukan
keberhasilan organisasi yaitu:
1.
Omnipotent
View of Management
Manajer bertanggung
jawab/berperan langsung atas sukses/gagalnya suatu organisasi.
2.
Symbolic View of
Management
Manajer
tidak banyak berperan dalam menentukan keberhasilan/kegagalan organisasi
(manajer hanyalah “simbol”) karena hasil yang dicapai organisasi dipengaruhi
oleh faktor-faktor eksternal/di luar kontrol manajemen. Contoh faktor
eksternal: kondisi ekonomi, perubahan pasar, kebijakan pemerintah. Peran
manajer hanya sebatas membantu organisasi untuk beradaptasi terhadap
faktor-faktor eksternal dan berinovasi.
Oleh
karena itu, peputusan manajer dipengaruhi oleh kendala internal berupa budaya
organisasi dan kendala eksternal yang berasal dari lingkungan organisasi.
Kendati demikian, manajer masih dapat mempengaruhi kinerja organisasi.
Adapun
pengaruh budaya organisasi terhadap manajer:
1. Mempengaruhi
perilaku manajer di tempat kerja.
2. Mempengaruhi
pembuatan keputusan pada semua fungsi manajemen. Seperti:
• Planning: Tingkat risiko suatu rencana. Apakah rencana
sebaiknya dibuat secara perseorangan atau oleh tim.
• Organizing: Tingkat otonomi yang
diberikan kepada karyawan. Apakah pekerjaan sebaiknya dikerjakan oleh individu
atau tim. Tingkat interaksi antara manajer departemen yang satu dengan
departemen yang lain.
• Leading: Tingkat
perhatian terhadap kepuasan kerja karyawan. Gaya kepemimpinan yang sesuai.
Apakah ketidaksamaan pendapat kendati konstruktif harus dihindari.
• Controlling:
Bentuk kontrol yang diterapkan (internal atau eksternal). Kriteria yang
ditekankan pada evaluasi kinerja karyawan.
3.3 Hambatan Pengambilan Keputusan Dalam Budaya Organisasi
Pernyataan
visi dan misi suatu organisasi merupakan gambaran ideal organisasi atas apa
yang dicapai dimasa yang akan datang melalui kegiatan operasionalnya. Untuk
mencapai visi dan misi tersebuat organisasi menyusun rencana-rencana strategis
yang harus dilakukan oleh setiap anggota organisasi. Dalam mengimplementasikan
rencana-rencana stategis tersebut, organisasi sering menghadapi hambatan bahkan
kegagalan. Hambatan-hambatan menyebabkan organisasi megalami kegagalan dalam
mengimplementasi rencana-rencana tersebut antara lain:
1.
Hambatan Organisasi
Hambatan yang pertama ialah hambatan organisasi
itu sendiri. Seringkali para pimpinan mengeluh tidak memiliki waktu yang cukup
untuk berfikir juga terkadang komunikasi sekedar mengalir bah air terjun dari
atas ke bawah tanpa mendengar suara gemericiknya di bawah. Ketidak beradaan
tenaga professional termasuk kekhawatiran terdamprat risiko menjadi hambatan.
2.
Hambatan Lingkungan
Hambatan yang kedua tidak lain hambatan
lingkungan. Sikap birokratis yang kaku ternyata menyebabkan terbuangnya waktu
sekaligus kesempatan lari tunggang langgang. Dan akhirnya hambatan yang ketiga
pun dapat dikemukakan yaitu hambatan personal. Para pemimpin organisasi
cenderung ada yang mengimplementasikan falsafah, “Saya ikut kamu juga”
mengikuti arus tidak berani menempatkan diri di depan dan ragu-ragu
menyampaikan gagasan. Sehingga status quo pun nyaman bertempat tinggal. Dan
yang terdahsyat ialah jika para pemimpin organisasi itu lack of focus atau lack of
technique.
3.
Hambatan visi
Dimana tidak banyak orang dalam organisasi memahami stategi organisasi sertiap masih-masing anggota. Oleh karena itu, sangat diperlukannya pemikiran yang tepat dalam pengambilan keputusan sehingga visi dapat terlaksana serta mengajak diskusi angota-angota organisasi agar memahami visi yang dituju dalam organisasi.
Dimana tidak banyak orang dalam organisasi memahami stategi organisasi sertiap masih-masing anggota. Oleh karena itu, sangat diperlukannya pemikiran yang tepat dalam pengambilan keputusan sehingga visi dapat terlaksana serta mengajak diskusi angota-angota organisasi agar memahami visi yang dituju dalam organisasi.
4.
Hambatan orang
Banyaknya
orang dalam organisasi memiliki tujuan yang tidak terkait dengan strategi
organisasi. Terkadang para manajer sulit mengendalikan banyaknya jumlah anggota
didalamnya. Oleh karena itu diperlukannya manajemen strategi yang baik dalam
mengaturnya.
5.
Hambatan sumber daya,
waktu, energi, dan uang yang tidak dialokasikan padahal yang penting dalam
organisasi. Karena didalam sebuah organisasi tentu harus memiliki sumber daya
yang berkualitas dengan potensi yang searah terhadap visi dan juga misi, tetapi
terkadang sulit di terapkan pemahaman yang sama akan hal itu. Dari sisi waktu,
hambatan akan terjadi jika dalam perencanaan itu sendiri kurangnya memanfaatkan
waktu dengan baik. Selain harus tepat dan baik dalam memanajemen organisasi,
waktu juga sangat penting terhadap jalannya sebuah organisasi. Sedangkan
didalam jalannya sebuah energi pasti memerlukan adanya sebuah energi dan uang
yang pati akan dikorbankan. Oleh sebab itu, memanajemen waktu sangat penting
agar tidak hilangnya berbagai faktor-faktor yang lainnya.
6.
Hambatan manajemen
Manajemen
menghabiskan terlalu sedikit waktu untuk strategi dan telalu banyak waktu untuk
pembuatan definisi pengambilan keputusan. Sehingga dinilai terlalu berfikir
konsep dan kurang dalam penerapannya sehingga tidak maksimal dalam pelaksanaan
jalannya sebuah organisasi
Didalam
pelaksanaan pembuatan keputusan ini terdapat kelemahan serta kekuatan yang
dapat mempengaruhi kinerja yang dilakukan seorang manajer ataupun anggota
didalam sebuah organisasi. Kelemahannya antaralain:
1. Ada
kemingkinan terjadi perbedaan pendapat
Adanya
perbedaan pendapat terkadang menjadi hambatan dalam jalannya sebuah organisasi.
Ini disebabkan karena adanya perbedaan pemahaman antar anggota yang perlu
diluruskan dalam pencapaian tujuan agar menjadi satu pemahaman yang sama.
2. Biasanya
memakan waktu lama dan berlarut-larut karena terjadi perdebatan-perdebatan
Melalui
perbedaan pendapat itulah, terkadang munculnya perdebatan-perdebatan yang kian
tidak ada ujung penyelesaian permasalahan. Oleh karena itu, didalam sebuah
organisasi diperlukannya sebuah diskusi agar permasalahan yang ada dapat
diselesaikan dan dicari jalan keluarnya.
3. Rasa
tanggungjawab masing-masing berkurang, dan ada kemungkinan saling melemparkan tanggungjawab
jika terjadi kesalahan.
Rasa
tanggung jawab yang kurang akan menjadikan setiap anggota dalam menyelesaikan
pekerjaan tidak fokus dalam pencapaian tugas. Mereka hanya mengandalkan sumber
daya yang ada bukan memanfaatkan sumberdaya yang ada untuk menyelesaikan pekerjaan
yang telah diberikan.
Mengenai
pembuatan keputusan individual dan kelompok sebagian menyatakan bahwa ada tiga kekuatan
yang selalu mempengaruhui suatu keputusan yang dibuat. Tiga kekuatan itu :
1. Dinamika
individu di dalam organisasi
Pengaruh
individu dalam organisasi sangat terasa terutama dalam hal ini adalah
pemimpinnya. Seorang pemimpin yang mempunyai kepribadian yang kuat, pendidikan
yang tinggi, pengalaman yang banyak akan memberi kesan dan pengaruh yang besar
terhadap bawahannya.
2. Dinamika kelompok orang-orang di dalam organisasi
Dinamika kelompok mempunyai pengaruh besar,
oleh karena itu pemimpin hendaknya mengusahakan
agar kelompok lebih cepat menjadi dewasa.
3. Dinamika
lingkungan organisasi
Pengaruh lingkungan juga memegang
peranan yang cukup penting untuk
diperhatikan. Antara organisasi dan lingkungan
itu saling mempemgaruhi.
Hambatan dalam Membuat Keputusan
Kekuatan x Ego = Kelemahan
Confidence
(percayadiri) Sense of infallibility
Quickness
(kecepatan) Overhastiness
(terlalu terburu-buru)
Sharp
wit (bijak) Abrasiveness
(pembawaankasar)
Determination Inflexibility
Dedication Workaholism
Commitment Intolerance
Perseverance
(tekun) Resistance
to change (kaku)
Persuasive Manipulating
BAB IV
PENUTUP
Proses
pengambilan keputusan (decision making)
merupakan sebuah proses pengambilan keputusan yang didasarkan dari pilihan
berbagai alternatif yang ada untuk menyelesaikan sebuah permasalahan yang
dihadapi oleh suatu organisasi. Yang dimana proses tersebuat dilakukan oleh
sekumpulan anggota-anggota organisasi yang bekerja sama dan mempunyai ikatan
untuk mencapai suatu tujuan bersama. Hal ini pun dalam pembuatan keputusan
dipengaruhi oleh budaya organisasi yang tidak terlepas dari ikatan budaya yang
diciptakan. Ikatan budaya tercipta oleh anggota
organisasi yang bersangkutan, baik dalam keluarga, organisasi, bisnis maupun
bangsa. Budaya mengikat anggota kelompok organisasi menjadi satu kesatuan
pandangan yang menciptakan keseragaman berperilaku atau bertindak. Seiring
dengan bergulirnya waktu, budaya pasti terbentuk dalam organisasi dan dapat
pula dirasakan manfaatnya dalam memberi kontribusi bagi efektivitas organisasi
secara keseluruhan. Oleh karena itu, decision making sangat diperlukan pada
budaya organsasi demi tercapainya sebuah tujuan dalam menyelesaikan berbagai
permasalahan yang berlangsung didalam sebuah organisasi.
Adapun
fungsi decision making didalam budaya
organisasi yang dimulai dengan titik kulminasi yang akan dicapai berupa upaya mencari/menganalisis
faktor lingkungan internal dan eksternal dari organisasi serta berbagai
alternatif yang relevan dengan informasi-informasi untuk mencapai tujuan/objectives.
Hal ini pun disesuaikan terhadap
jenis keputusan serta kondisi permasalahan yang ada. Agar dalam penyelesaiannya
dapat diselesaikan oleh para manajer serta anggota-anggota organisasi secara
tepat. Dalam pembuatan keputusan untuk
menyelesaikan suatu masalah pasti memiliki hambatan-hambatan yang akan
dihadapi oleh organisasi, baik faktor internal maupun eksternal dapat berupa
hambatan lingkungan, organisasi, visi, manajemen, dan sumber
daya, waktu, energi, dan uang yang tidak dialokasikan padahal yang penting
dalam organisasi. Oleh karena itu, disini sangat penting peran manajer serta
anggota-anggota organisasi bekerja salam
dalam menentukan keberhasilan suatu organisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber
buku dan jurnal
Dessler, Garry. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia, Klaten:
PT. Indeks
Gaol, Chr. Jimmy L. 2008. Sistem Informasi Manajemen: Pemahaman dan
Aplikasi, Jakarta:
PT. Grasindo
Luthans F. 2006. Perilaku Organisasi, E.d Ke-10. Yogyakarta: Andi.
Robins, Stephen P.. 2010. Manajemen, E.d Ke-10, jilid 1, Jakarta:
Erlangga
Setiadi NJ. 2008. Business Economics and Managerial Decision Making, Jakarta: Kencana
Robins, Stephen P. 2009. A Process Perspective on Strategic Decision
Making.“ Jurnal
Sumber
Internet
“Decison
Making Terhadap Budaya Organisasi” http://manajemendecision making.
blogspot.com/ [2011,
24 Desember]
2156173-perencanaan-strategis-hambatan-hambatan-dalam/ [2011, 25 Desember]
http://id.shvoong.com/business-management/management/1754393-hambatan-hambatan
organisasi-dalam-mengejar/ [2011, 25 Desember]
“Kultur Organisasi” http:// pksm.mercubuana.ac.id/new/.../files.../94003-3163066993432.doc
[2011, 25 Desember]
“Makalah Pengambialn Keputusan” http://www.scribd.com/doc/13564609/Makalah
Pengambilan- Keputusan [2011, 25 Desember]